Sejarah
versi Orde Baru mencatat peran dominan militer dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan. Akan tetapi sesungguhnya, kombinasi yang harmonis antara perjuangan
bersenjata dan perjuangan di meja diplomasilah yang membuat kemerdekaan Indonesia
terwujud. Mohammad Roem adalah sosok yang berjuang di meja diplomasi demi
menegakkan kedaulatan RI.
Mohammad
Roem adalah salah satu nama yang sering disebut dalam berbagai perjuangan
diplomasi Indonesia. Berawal dari Perjanjian Gencatan Senjata dengan Sekutu, Roem
mulai aktif dalam berbagai perundingan, dari Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem-Royen,
dan Konferensi Meja Bundar.
Diplomat
yang realistis, itulah yang dike nang orang dari sosok Roem. Dalam perundingan
RoemRoyen yang dianggap sebagai satu perundingan penting yang membentuk
republik ini, sempat terjadi po lemik. Saat memimpin delegasi RI pada
Roem-Royen, sebenarnya sedang terjadi perdebatan siapa yang berhak mengadakan
perundingan: pemerintah RI di Yogyakarta atau PDRI pimpinan Sjafruddin
Prawiranegara di Bukittinggi? Walau Masyumi, partainya, mendukung pendapat
kedua, Roem akhirnya memihak pendapat pertama. Roem tidak mau terikat pada kelompok
atau organisasi.
Mr.
H. Mohammad Roem lahir di kampung Klewongan, Kawedan, Parakan, Temanggung, Jawa
Tengah, 16 Mei 1908. Roem yang bercita-cita menjadi dokter, hijrah ke Batavia
dan masuk Stovia (1930).
Tidak
jelas mengapa ia keluar dan kemudian masuk ke SekolahTinggi Ilmu Hukum (1933).
Yang jelas dari sinilah ia makin concern dengan nasib bangsa.
Roem
mulai terjun dalam pergerakan nasional dengan bergabung ke dalam Jong
Islamieten Bond, Syarekat Islam, dan Masyumi. Pada periode 19581960, ia
terpilih menjadi ketua partai Masyumi. Roem juga aktif lembaga eksekutif dengan
menjadi menteri dalam negeri dalam kabinet Sjahrir III dan cabinet Wilopo.
Karir puncaknya adalah menjadi wakil perdana menteri dalam kabinet Ali
Sastroamidjojo II. Pada 1948 Roem ikut dibuang ke Bangka bersama Hatta dan
Soekarno.
Ironisnya,
empat belas tahun kemudian Soekarno yang ganti memenjarakannya. Sejak 1962,
selama empat tahun ia tinggal di dalam penjara karena Masyumi dianggap
menentang Soekarno.
0 Komentar untuk "Mohammad Roem Diplomat dan Pejuang"